7 Tahapan Membuat Kompos di Rumah: Sampah Jadi Pupuk Mudah Banget!

Apakah Anda pernah merasa prihatin dengan tumpukan sampah organik di rumah Anda? Sisa makanan, dedaunan kering, dan potongan rumput seringkali berakhir di tempat sampah, padahal sebenarnya mereka adalah harta karun yang bisa Anda manfaatkan! Ya, dengan sedikit usaha, Anda bisa mengubah sampah organik tersebut menjadi kompos, pupuk alami yang sangat bermanfaat untuk tanaman Anda.

Bahan-bahan utama dalam tahapan membuat kompos, termasuk sisa sayuran, buah-buahan, dan daun kering.

Mengapa Membuat Kompos di Rumah Itu Penting?

Sebelum kita membahas tahapan demi tahapan, penting untuk kita pahami dulu mengapa membuat kompos itu sangat penting. Selain manfaat langsung untuk tanaman, membuat kompos juga memberikan dampak positif yang lebih luas:

  • Mengurangi Tumpukan Sampah
    Sampah organik merupakan penyumbang terbesar di tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan membuat kompos, Anda secara signifikan mengurangi jumlah sampah yang terbuang, meringankan beban TPA dan mencegah pencemaran lingkungan.
  • Pupuk Alami untuk Tanaman Sehat
    Kompos adalah pupuk organik terbaik untuk tanaman. [Internal Link: Artikel tentang manfaat kompos untuk tanaman] Ia kaya akan nutrisi penting, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, dan menyuburkan tanaman secara alami.
  • Hemat Biaya Pupuk
    Dengan membuat kompos sendiri, Anda tidak perlu lagi membeli pupuk kimia yang mahal. Ini adalah cara cerdas dan hemat biaya untuk merawat tanaman Anda.
  • Menghijaukan Lingkungan
    Membuat kompos adalah langkah kecil namun nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan. Anda turut berkontribusi dalam siklus alami nutrisi dan mengurangi jejak karbon.

7 Tahapan Membuat Kompos

Siap untuk memulai petualangan membuat kompos Anda sendiri? Ikuti 7 tahapan membuat kompos di rumah berikut ini:

Tahap 1: Siapkan Bahan Baku Kompos

Langkah pertama dan terpenting dalam tahapan membuat kompos adalah mengumpulkan bahan baku kompos. Bahan baku kompos terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu:

  • Bahan Cokelat (Sumber Karbon): Bahan ini bersifat kering dan berwarna cokelat. Contohnya:
    • Daun kering
    • Ranting dan serpihan kayu kecil
    • Kertas dan kardus bekas (tanpa tinta berwarna atau lapisan mengkilap)
    • Serbuk gergaji
    • Jerami
  • Bahan Hijau (Sumber Nitrogen): Bahan ini bersifat basah dan berwarna hijau atau segar. Contohnya:
    • Sisa sayuran dan buah-buahan
    • Kulit telur
    • Ampas kopi dan teh
    • Potongan rumput
    • Pupuk kandang (dari hewan herbivora)

Tips:

  • Perbandingan Ideal: Usahakan perbandingan antara bahan cokelat dan bahan hijau adalah 2:1 atau 3:1 (lebih banyak bahan cokelat). Ini penting untuk keseimbangan karbon dan nitrogen dalam proses pengomposan.
  • Cacah Bahan Baku: Semakin kecil ukuran bahan baku, semakin cepat proses pengomposan berlangsung. Cacah atau potong-potong bahan baku sebelum dimasukkan ke wadah kompos.
  • Hindari Bahan Ini: Beberapa bahan tidak boleh dikomposkan, seperti:
    • Daging, tulang, dan produk susu (menarik hama dan menimbulkan bau tidak sedap)
    • Minyak dan lemak (memperlambat pengomposan dan menarik hama)
    • Tanaman sakit atau berpenyakit (dapat menyebarkan penyakit ke kompos)
    • Kotoran hewan karnivora (berpotensi mengandung bakteri berbahaya)
    • Nasi basi berminyak (berpotensi mengandung bakteri dan jamur tidak baik)

Baca juga: Jenis Sampah yang Bisa dan Tidak Bisa Dikomposkan

Tahap 2: Pilih Wadah Kompos yang Tepat

Anda memiliki beberapa pilihan wadah kompos yang bisa Anda gunakan di rumah, tergantung pada ruang dan preferensi Anda:

  • Keranjang Kompos: Praktis, mudah dipindahkan, dan tersedia dalam berbagai ukuran. Cocok untuk skala rumah tangga kecil.
  • Tong Kompos: Tertutup, mengurangi bau, dan menjaga kelembapan lebih baik. Ideal untuk pengomposan skala menengah.
  • Lubang Kompos: Pilihan termurah, dibuat dengan menggali lubang di tanah. Cocok untuk lahan yang luas, namun kurang praktis jika lahan terbatas atau berpotensi bau.
  • Komposter Putar (Compost Tumbler): Mempercepat proses pengomposan karena bahan kompos mudah diaduk. Lebih mahal dari wadah lain, namun sangat efisien.

Tips:

  • Drainase dan Aerasi: Pastikan wadah kompos memiliki lubang drainase di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air dan lubang aerasi di sisi-sisinya untuk sirkulasi udara.
  • Lokasi: Letakkan wadah kompos di tempat yang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung, dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Hindari tempat yang terlalu lembap atau terlalu kering.

Tahap 3: Buat Lapisan Dasar Kompos

Untuk memulai, buatlah lapisan dasar di wadah kompos Anda. Lapisan dasar ini berfungsi untuk meningkatkan drainase dan aerasi.

  • Bahan Lapisan Dasar: Gunakan bahan cokelat yang berukuran lebih besar, seperti ranting, serpihan kayu, atau batok kelapa.
  • Ketebalan Lapisan: Buat lapisan dasar setebal sekitar 10-15 cm di dasar wadah kompos.

Tahap 4: Tumpuk Bahan Baku Secara Berlapis

Setelah lapisan dasar siap, mulailah menumpuk bahan baku kompos secara berlapis. Prinsipnya adalah selang-seling antara lapisan bahan cokelat dan lapisan bahan hijau.

  1. Lapisan Pertama: Mulailah dengan lapisan bahan cokelat setebal sekitar 10-15 cm.
  2. Lapisan Kedua: Kemudian, tumpuk di atasnya lapisan bahan hijau setebal sekitar 5-10 cm.
  3. Ulangi: Terus ulangi langkah 1 dan 2, menumpuk bahan cokelat dan hijau secara bergantian hingga wadah kompos hampir penuh.
  4. Lapisan Terakhir: Akhiri dengan lapisan bahan cokelat sebagai lapisan paling atas.

Tips:

  • Siram Setiap Lapisan: Setiap kali Anda menambahkan lapisan bahan, siram sedikit dengan air agar kompos tetap lembap (tidak becek).
  • Aktivator Kompos (Opsional): Untuk mempercepat proses pengomposan, Anda bisa menambahkan aktivator kompos [Eksternal Link: Artikel tentang aktivator kompos]. Aktivator kompos mengandung mikroorganisme yang membantu mempercepat penguraian bahan organik. Aktivator kompos bisa berupa EM4, cairan kompos, atau kompos jadi.

Tahap 5: Jaga Kelembapan dan Aerasi Kompos

Kelembapan dan aerasi adalah kunci keberhasilan pengomposan. Kompos yang terlalu kering akan memperlambat proses penguraian, sedangkan kompos yang terlalu basah akan menimbulkan bau tidak sedap dan proses pengomposan anaerob (tanpa oksigen) yang kurang baik.

  • Kelembapan: Periksa kelembapan kompos secara berkala. Kompos yang ideal memiliki kelembapan seperti spons yang diperas – lembap tetapi tidak meneteskan air saat diperas. Jika kompos terasa kering, siram sedikit air. Jika terlalu basah, tambahkan bahan cokelat kering dan bolak-balik kompos.
  • Aerasi (Membolak-balik): Bolak-balik kompos secara rutin, setidaknya seminggu sekali atau lebih sering jika memungkinkan. Membolak-balik kompos berfungsi untuk:
    • Memasukkan oksigen ke dalam tumpukan kompos (penting untuk mikroorganisme aerob yang menguraikan bahan organik).
    • Merapatkan suhu kompos secara merata.
    • Mencegah kompos menjadi terlalu padat dan anaerob.

Tahap 6: Pantau dan Kendalikan Suhu Kompos

Suhu kompos adalah indikator penting dalam proses pengomposan. Proses pengomposan yang baik akan menghasilkan panas karena aktivitas mikroorganisme.

  • Suhu Ideal: Suhu ideal kompos adalah antara 50-60 derajat Celcius pada fase aktif pengomposan (biasanya 1-2 minggu pertama). Suhu ini menandakan mikroorganisme bekerja dengan optimal.
  • Pengukuran Suhu: Anda bisa menggunakan termometer kompos [Eksternal Link: Toko online yang menjual termometer kompos] untuk mengukur suhu kompos secara akurat. Jika tidak ada termometer, Anda bisa merasakan suhu dengan memasukkan tangan (menggunakan sarung tangan) ke dalam tumpukan kompos – kompos akan terasa hangat.
  • Jika Suhu Terlalu Tinggi: Jika suhu kompos melebihi 70 derajat Celcius, kompos bisa menjadi terlalu kering dan mikroorganisme bisa mati. Bolak-balik kompos dan tambahkan bahan hijau atau air untuk menurunkan suhu.
  • Jika Suhu Terlalu Rendah: Jika suhu kompos tidak naik atau tetap rendah, kemungkinan kompos terlalu kering, kurang bahan hijau, atau kurang aerasi. Periksa kelembapan, tambahkan bahan hijau, dan bolak-balik kompos.

Tahap 7: Panen Kompos Matang

Kapan kompos matang dan siap panen? Kompos matang biasanya ditandai dengan ciri-ciri berikut:

  • Warna: Berwarna cokelat kehitaman seperti tanah.
  • Tekstur: Gembur, remah, dan tidak menggumpal.
  • Bau: Berbau tanah yang segar dan tidak menyengat atau berbau busuk.
  • Bahan Baku Tidak Terlihat Lagi: Bahan baku awal (daun kering, sisa sayuran, dll.) sudah tidak terlihat lagi atau sudah terurai sempurna.

Waktu Pengomposan: Waktu yang dibutuhkan untuk kompos matang bervariasi, tergantung pada jenis bahan baku, ukuran cacahan bahan, kondisi lingkungan, dan frekuensi pembalikan. Biasanya, kompos akan matang dalam waktu 1-3 bulan atau lebih.

Cara Panen Kompos:

  1. Pisahkan Kompos Matang: Gunakan saringan kompos atau ayakan untuk memisahkan kompos matang dari bahan yang belum terurai sempurna.
  2. Kompos Siap Digunakan: Kompos matang siap digunakan sebagai pupuk untuk tanaman Anda. [Internal Link: Artikel tentang cara menggunakan kompos untuk tanaman]
  3. Bahan yang Belum Matang: Bahan yang belum terurai bisa dikembalikan ke wadah kompos untuk proses pengomposan selanjutnya.

Selamat! Anda Telah Berhasil Membuat Kompos Sendiri di Rumah!

Lihat juga: cara menggunakan kompos untuk berbagai jenis tanaman

Dengan mengikuti 7 tahapan membuat kompos di rumah ini, Anda telah mengambil langkah kecil namun berarti untuk lingkungan dan tanaman Anda. Kompos hasil buatan Anda akan membuat tanaman tumbuh subur, sekaligus mengurangi tumpukan sampah dan menghemat biaya pupuk.

Jangan ragu untuk membagikan artikel ini kepada teman dan keluarga Anda agar semakin banyak orang yang terinspirasi untuk membuat kompos di rumah. Mari bersama-sama kita hijaukan bumi mulai dari rumah kita sendiri!

Lihat juga: Smart21Property

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konsultasi Gratis Sekarang!
Scroll to Top